Yo, folks! Again, with me,
hehe. Kali ini aku akan membahas sesuatu yang fragile, soal cinta, hati, dan tetek-bengeknya. But, aku mau share beberapa hal tentang film yang aku (lagi-lagi) tonton dua
kali, karena menurutku bagus. Sebenarnya aku nggak suka nonton film atau baca
buku berulang-ulang. Tapi karena aku orangnya cepet bosanan kalau nggak
ngapa-ngapain, ya udah, jadi terpaksa betah melongo di depan monitor laptop,
nonton film yang sama untuk yang ke sekian kalinya.
Yap,
kali ini film Friends With Benefits-nya Oom Justin Timberlake *yelling* dan Tante Mila Kunis. Film yang disutradarai oleh Will Gluck ini
mengisahkan tentang sepasang manusia yang bertemu karena Jamie (Mila Kunis)
menawarkan pekerjaan apada Dylan (Justin Timberlake) yang sebelumnya bekerja di
sebuah periklanan di blog di L.A., menjadi new
art director di majalah terkenal bernama GQ Magazine di New York. Maka,
dimulailah sebuah pertemuan dan perkenalan unik yang membawa mereka pada
situasi yang lebih intim. Yah, sebenarnya sih, bisa dikatakan film ini bergenre
“Dewasa”, tapi kalau kalian cukup cerdas untuk mengambil positive and fun side daripada terbawa arus porn and turn on side, we can
be friends lol. Aku senang jalan ceritanya, mengalir, natural, dan yah,
begitu saja. Seperti melihat kejadian yang benar-benar manusiawi dan seperti
tidak ada naskah yang mereka baca sebelumnya. Sebagai salah seorang sutradara
(ciee!), aku bisa lihat dan merasakannya—yah, walaupun masih amatir sih
akunya-_- Friends With Benefits berhasil menunjukkan benefits tanpa terkesan asal show
off poin yang ingin ditunjukkan pada penonton. Misdireksi, miskomunikasi,
dan beberapa lelucon renyah juga berhasil dilakoni Mila dengan sangat baik. Potongan
scene dan music yang di input pada film berhasil membuatku betah
dan keningku nggak berkerut selama nonton filmnya. Pfft, lama-lama aku beneran
jadi movie seeker nih-_-
Ngomong-ngomong
soal baik, ternyata, dari banyaknya cowok brengsek di dunia ini yang menjadi
mayoritas dominan entah sejak kapan, masih ada juga cowok baik. Beberapa waktu
yang lalu, saat mencari foto-foto Ariana Grande di Google (habis nonton Sam and
Cat soalnya hehe), aku menemukan capture-an
tweet Jai Brooks yang berisi curahan
hatinya, SEMUA curahan hatinya tentang bagaimana pedihnya ditikung oleh Nathan
Sykes, partner duet Ariana pada lagu Almost Is Never Enough. Biasaa, cinlok. Berikut
cuplikannya (asik!);
Nah,
ada yang membuatku sedikit terusik. Terutama di bagian “I have learnt how to find happiness on my own without relying on anyone
else”. Well, bagus buat Jai yang
bisa nyari kebahagiaannya tanpa bergantung dengan orang lain. Kebahagiaan emang
kita yang cari, tapi hakikatnya, kebahagiaan sejati berasal dari kebahagiaan
orang-orang di sekitar kita. Sejujurnya, kebahagiaan berasal dari simpati, which means berasal dari hati nurani,
sosialisasi, apapun di sekitar kita. Kebahagiaan itu tidak tunggal, ada
variable bebas dan terikat, sebab-akibat. Jadi, kalau mau ditilik secara
mendalam, hal yang dikatakan Jai bisa dibilang bertentangan. Tapi, karena ini
adalah tulisan curahan hati, jadi mari lupakan detilisasi yang baru saja
kuutarakan, hehe.
Orang
ketiga. Yah, sepanjang masa perjalanan cintaku (geli-_-), kayaknya sih nggak
pernah putus gara-gara orang ketiga…pernah nggak, ya? Nggak lah kayaknya. Mungkin,
sih. Habisnya kebanyakan dari mereka nggak pantas diingat lagi, dan sejujurnya—in this case, fortunately—aku juga
pelupa-_- jadi ya begitu. Tapi aku pernah kok ngerasain terusik sama seseorang di luar lingkaran. Maksudku, orang-orang
yang masih simpan rasa gitu sama cowokku. Tapi, aku juga pernah merasakan
bagaimana rasanya di posisi orang di luar
lingkaran itu-_- dan sekarang aku jadi bingung akan membahas yang mana
satu, hahaha.
Baiklah,
bagaimana kalau tidak keduanya. Kita bahas saja korban perselingkuhan yang
pastinya nyesek sampai ke inti bumi. Being
cheated on was sucks. Selain alasan basi “Kamu terlalu baik buat aku *puppy
eyes* (BLAH!)”, “Aku mau fokus belajar (asli, ini alasan dari jaman Megantropus
Paleojavanicus udah dipakai kayaknya-_-)”, “Kita nggak cocok lagi”, atau “Kamu
nggak pernah ngertiin aku!”, diselingkuhin salah satu faktor terbesar untuk
putus. Yah, walaupun masih aja ada yang sabar maafin pacarnya yang udah
selingkuhin dia. Orang-orang yang termasuk di kalimat terakhir adalah jenis
manusia yang antara sayangnya tulus dan orangnya tahan dimaki “Bego amat sih
lu!” sama temen-temennya-_-
Selingkuh
itu jelas akibat bujuk rayu setan. Imannya nggak kuat, cinta hanya sekedar
simbol, dan menjadi pengecut seketika karena enggan jujur untuk menyudahi yang
sudah ada. Tamak? Bisa jadi. Kufur nikmat sih itu. Kasus pertama: pacar cantik/ganteng, tapi posesif. Jadinya capek,
malas mutusin, mending selingkuhin. Kalau kalian ketemu sama tipe begini,
gamparin aja, terus introspeksi diri karena kamunya juga salah. Kasus kedua: pacar jelek/wajah
standard, buat selingan doang, selingkuhin karena mau cari selingan lain yang
lebih oke. Kalau kalian ketemu sama tipe begini, bunuh di tempat. Kasus ketiga: udah pacaran lama, tapi
hubungannya makin flat dan memutuskan
untuk mencari “kebahagiaan” pada orang lain. Kalau kalian ketemu dengan tipe
seperti ini ya sebaiknya dibicarakan aja. Bagusnya lagi nih, langsung putus
biar nggak kebanyakan ngeles dianya. Kasus keempat: sama-sama doyan selingkuh. Kalau kalian tipe yang begini, mati aja
dah, habis cerita-_-
Nah, demikian pembahasan kali ini. Semoga ada
manfaatnya ya! Oh ya, kalau ada film keren yang udah di download, kasih tau
Tari supaya bisa minta dan di email-in hoho. Buh-byeee~
P.S: berikut recently update dari sebuah website UK tentang Taylor Swift. Check this out! http://www.telegraph.co.uk/culture/music/rockandpopfeatures/10619561/Taylor-Swift-makes-eternal-teens-of-us-all.html
Xoxo,
Author